Langsung ke konten utama

Postingan

Cerpen Nur Hidayah: Ingatan Tentang Bapak

Tangan Rea terulur mengusap headline sebuah surat kabar. Mulutnya sedikit ternganga. Tertulis di lembaran kesekian tentang seorang lelaki yang keluar dari jeruji besi setelah beberapa tahun di bui. Semuanya sudah terlewati . Ia bergumam lirih.
Postingan terbaru

GOGIRL! Weekend Web Story: Beatriz

Beatriz hanya bisa menghela napas. Entah pantas disesalkan atau tidak, ia terpancing perkataan Janny hingga membuatnya terperangkap oleh tatapan mata polos mereka dengan mulut setengah terbuka penuh tanya.                Setengah kaku Beatriz berdiri mengibas-kibaskan rok-nya yang tak kotor. Ini pertamakalinya mengahadapi anak-anak, wajar sedikit gugup. Entah bagaimana mengawalinya, matanya tertutup sejenak mengingat kata-kata Bunda. Ia memaksakan seulas senyum.

Gogirl! Web Story ~ Tentang Kran Air, Pot Bunga dan Pagar

    Kusibak tirai jendela kamar dengan cahaya temaram lampu di teras rumah. Bunga-bunga dalam pot-pot warna-warni yang berjejer rapi dan tergantung di pagar kecokelatan itu layu. Suara kran air membangunkanku yang hampir saja terlelap. Sebersit rasa bersalah hinggap begitu saja ketika kuintip Mama yang tengah menyiram bunga-bunga di halaman di malam yang sudah selarut ini sepulang kerja. Saat pagi-pagi sekali, Mama akan pergi terburu-buru seperti biasanya.

Album Kenangan~ Cerpen Majalah Gadis

“Jangan bicara padaku tentang kenangan,” aku berkata.                         “Kenapa?” Alisnya bertaut. Masa suram itu kembali menamparku. Bayangan Mama yang tengah kalap memenuhi kepala.             “Karena aku tidak suka membahas kenangan, itu sudah usai. Tak perlu diingat.” Ia mengangguk mengerti, tersenyum. Lantas membidikku dengan sekali kedipan kamera polaroidnya. Aku hanya bisa menganga, selembar kertas foto muncul dengan otomatis. Tanganku bergetar, lintasan kenangan menganga lebar di kepala. Ingatan tentang foto-foto dalam album itu terasa mencekikku. Raut Nathan bertanya-tanya ketika aku bergegas menghindar.

Tradis Lebaran ~ Percikan Majalah Gadis

Selagi memperhatikan Mama memasak, kata-kata Romi kembali terngiang di telingaku.             “Aku ingin angpau dari tetangga, bukan dari Mama,” protesnya. Mama salah, Romi bukan anak kecil lagi yang bisa dibohongi dengan memberikan uang kertas dalam amplop dan mengatakan dari tetangga. Tapi kembali, Mama tidak kehabisan akal, mungkin semangkok opor ayam akan membuat Romi tidak banyak menuntut.

Melamun ~ Percikan di Majalah Gadis

Yang sedang melamun di bangku paling ujung itu namanya Mala. Hampir setiap hari aku melihatnya melamun. Entah apa yang selalu dipikirkannya.  Seringkali guru memergokinya melamun saat jam pelajaran berlangsung, akibatnya Mala kerap mendapatkan hukuman. Aku perhatikan pandangannya tertuju pada papan tulis. Tertera sejumlah soal yang diberikan Bu Endang, guru fisika kami. Tapi Mala bukan menatap soal-soal itu, tatapanya jauh menerawang entah kemana.