Tangan Rea terulur mengusap headline sebuah surat kabar. Mulutnya sedikit ternganga. Tertulis di lembaran kesekian tentang seorang lelaki yang keluar dari jeruji besi setelah beberapa tahun di bui. Semuanya sudah terlewati . Ia bergumam lirih.
Beatriz hanya bisa menghela napas. Entah pantas disesalkan atau tidak, ia terpancing perkataan Janny hingga membuatnya terperangkap oleh tatapan mata polos mereka dengan mulut setengah terbuka penuh tanya. Setengah kaku Beatriz berdiri mengibas-kibaskan rok-nya yang tak kotor. Ini pertamakalinya mengahadapi anak-anak, wajar sedikit gugup. Entah bagaimana mengawalinya, matanya tertutup sejenak mengingat kata-kata Bunda. Ia memaksakan seulas senyum.